Senin, 25 Januari 2016

ALIF MADDIYAH DALAM AL-QUR'AN




ALIF MADIYYAH
TERSULIT DALAM AL-QUR’AN
(Munaqil : H. Jamil Munawir)


A.      Pengantar
Alif ( ا )merupakan salah satu huruf dari 29 huruf hijaiyyah, satu-satunya huruf yang  unik penuh rahasia, tidak berbunyi, tidak pernah menerima harokat (fathah, dhommah, kasroh atau sukun)dantidak pernah menerimaimbuhan lain (nun mati, tanwin atau huruf mad). Keberadaan alif, kadang-kadang ada tetapi pada kondisi tertentu dapat  tidak ada, antara ada dan tidak ada.Bentuk huruf alif selamanya tetap tidak berubah, tanpa pengaruh apapun.Apakah ditulis dengan menyendiri (ifrodh), pada awal kalimah (ibtida), ditengah-tengah kalimah (wasath) atau di akhir kalimah (thorof).Hal ini tentu sangat berbeda jauh dengan cara penulisan huruf-huruf lain selain huruf alif. Sesuai dengan kebutuhan rosam, maka huruf alif dapat ditemukan dalam bentuk tegak lurus (mamdudah) atau berbentuk huruf ‘ya’( ى ) tanpa titik (maqshuroh).
Dalam praktek keseharian terutama bagi orang awam banyak terjadi kesimpangsiuran dan tidak dapat membedakan antara huruf Alif ( ا ) dengan huruf Hamzah ( أ ), padahal antara kedua huruf tersebut terdapat perbedaan yang sangat jelas, apakah dari segi bentuk tulisan, ma’na dan tujuan serta pelafalannya. Pembahasan pada tulisan ini hanya dibatasi tentang sebagian dari alif madiyyah mamdudah saja, belum alif-alif lain. Mudah-mudahan pada tulisan berikutnya disajikan pembahasan tentang Alif Madiyyah Maqshuroh,Alif Madiyyah Nafsul kalimah, Hamzah Nafsul Kalimah, Ya Madiyyah, Wawu Madiyyah dan lain-lain yang dianggap perlu. Selanjutnya Alif Madiyyah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam huruf yang mempunyai ma’na tertentu (harf lahu ma’nan) dan huruf yang tidak mempunyai ma’na (harf bi goiri ma’nan) tetapi mempunyai tujuan tertentu.
  a)      Alif berma’na (harf lahu ma’nan)
Alif berma’na ini dikenal dengan istilah alif muhmal yang berma’na untuk tujuan ;
1)             Inkari (penolakan), seperti:أَعَمْرَاهْ!    ( masa iya si Amar, itu bukan si Amar)
2)             Tidzkar (mengingatkan), seperti:سَلَاسِلَا(rantai neraka, ingatlah)
3)             ‘Alamat Tatsniyyah (tanda tatsniyyah, menunjukkan dua) seperti:وَلَدَانِ
4)             Kaffah (menyeluruh), seperti:بــَيــْنــَا نــَحـْنُ
5)             Fasilah (pemisah antara nun taukid dan nun niswah, seperti: اِجْـلِسْـنـَانِ
6)           Nudbah (meratap), seperti:وَامـُحـَمَّــدَاهْ
7)           Ta’ajjub (keheranan, kebanggaan, takjub), seperti:ياَ عــَجَبـَا
8)             Isytighotsah (minta pertolongan), seperti:يـَا رَجـُلَا  
9)             Kulliyyah (keseluruhan, bukan sebagian), seperti ; مـِائـة
10)         Ma’dumiyyah (tidak ada, dalam angan-angan), seperti لـِشـايْءٍ
11)         Takhshish (tertentu), seperti:السَــبـِيْــلاَ(pada surat Al-Ahzab ayat 67)
12)         Ibdal (pengganti)dari nun taukid, seperti :لــَــنـَـسْـــفَــعـًـا
13)         Dll.

  b)     Alif tanpa ma’na (harf bi goiri ma’nan)
Alif tanpa ma’na ini dikenal dengan nama Alif Layyinah, antara lain ;
1.      Taknits, seperti: حـُـبـْـلـَى
2.      Ithlaq atau isyba’, seperti:سَلاسِلا   (pada surat Al-Insan ayat 4)
3.      Ilhaq, seperti:مَــنَــا 
4.      Muqobalah, seperti:قـَامـُـوْا
5.      Jama’ taksir, seperti:مـَفـَاعِــل
6.      Fashilah, seperti:آ أنْــتَ
7.      Ibdal;
a.       dari nun mati seperti:إِذًا(pada surat An-Nisaa ayat 67 )
b.      dari tanwin mansub,  seperti:حَـكـِـيْـمًا
c.       dari hamzah, seperti :أاعْجـَمـِيُّ( Fushshilat ; 44 ),ءادم
8.      Takhollus, seperti:قُلْنَا اْهبِطُوا(pada surat Al-Baqoroh ayat 38 )
9.      Mahdzufah, seperti:فِيْمَ أَنْتَ(pada surat An-Naazi’at ayat 43 ), أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ
10.  Ihtimal, seperti:ثـمُـوْدَا (pada surat  Huud ayat  68 )
11.  Shillah, seperti: لـكِــنّـا هُـوَ(pada surat Al-Kahfi ayat 38 )
12.  Idhmar,seperti: الزكوٰة – الحيوٰة – الصلوٰة – الربوٰا – كمشكوٰة – النحوٰة – بالغدوٰة – منوٰة
13.  Mufaroqoh, seperti: أنَــا (banyak terdapat dalam Al-Qur’an)
14.   Dll.

  B.     Alif tersulit dalam Al-Qur’an

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bila satu kalimat terdapat huruf alif, maka harus dibaca panjang, karena alif merupakan salah satu dari huruf mad.Tidak demikian halnya dalam Al-Qur’an. Maksudnya tidak semua alif dibaca panjang tetapi berhubungan erat dengan cara membaca kalimat tersebut, apakah diwaqofkan (berhenti) atau diwashalkan (berlanjut). Berikut ini beberapa kalimat dalam Al-Quran dimana terdapat alif yang dianggap sulit dalam maksudnya maupun cara membacanya, apakah dibaca panjang atau tidak, yaitu antara lain :
1.                ألف أنا )ضمير المتكلم( :أنا أكثر منك مالاً وأعز نفراً, (الكهف 34).
2.                ألف لكنَّا : لكنا هو الله ربي, (الكهف 38).
3.                ألف الظنونا : وتظنون بالله الظنونا, (الأحزاب 10).
4.                ألف الرسولا:  وأطعنا الرسولا, (الأحزاب 66).
5.                ألف السبيلا : فأضلونا السبيلا, (الأحزاب 67).
6.                ألف قواريرا : كانت قواريرا,(الإنسان 15).
7.                ألف سلاسلا:إنا أعتدنا للكافرين سلاسلا, (الإنسان 4).
8.                ألف لنسفعا : لنسفعاً بالناصية, (العلق 15).
9.                ألف إذاً المنون : وإذا لا يلبثون خلافك إلا قليلاً (الإسراء 76).
10.          ألف المنون المنصوب : اهبطوا مصراً , عليماً حكيماً
11.          ألفثَمُودَا:أَلا إِنَّ ثَمُودَا كَفَرُوا رَبَّهُمْ,وَعَاداً وَثَمُودَا وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَعَاداً وَثَمُودَا وَقَدْ تَبَيَّنَ لَكُمْ مِنْ مَسَاكِنِهِمْ,وَثَمُودَا فَمَا أَبْقَى

  C.    Penjelasan

Untuk lebih mengenal Alif Mad tentang nama dan cara membacanya, maka disajikan secara ringkas dalam bentuk tabel sebagai berikut :
NO
LAFADH
SURAT
AYAT
ALIF
MAD
KETERANGAN
1
أنا
Berbagai surat, dsj
-
Layyinah Fariqoh
Thobi’i Fariqoh
Waqof : panjang
Washol : pendek
2
لكنَّا
Al-Kahfi
38
Layyinah Sillah
Thobi’i Sillah
Waqof : panjang
Washol : pendek
3
الظنونا
Al-Ahzab
10
Muhmalah Takhshish
Thobi’i Takhshish
Waqof : panjang
Washol : pendek
4
الرسولا
Al-Ahzab
66
Muhmalah Takhshish
Thobi’i Takhshish
Waqof : panjang
Washol : pendek
5
السبيلا
Al-Ahzab
67
Muhmalah Takhshish
Thobi’i Takhshish
Waqof : panjang
Washol : pendek
6
قواريرا
Al-Insan / Ad-Dahr
15, 16
MuhmalahTakhshish
Thobi’i Takhshish
Waqof : panjang
Washol : pendek
7
سلاسلا
Al-Insan / Ad-Dahr
4
MuhmalahTidzkar
Thobi’i Tidzkar
Waqof : panjang
Washol : pendek
8
لنسفعا
Al-‘Alaq
15
Muhmal Ibdal Taukid
‘Iwadh
Waqof : panjang
Washol : Iqlab
9
إذاً
Al-Isro
76
Muhmal Ibdal Munawwan
‘Iwadh
Waqof : panjang
Washol: Idhgom
10
حكيماً
Berbagai surat, dsj

Layyinah Ibdaliyyah
‘Iwadh
Waqof : panjang
Washol ; sesuai
11
إهبطوا
Berbagai surat, dsj

Layyinah Muqobalah
Bukan Mad Tobi’i
Waqof dan washal sama
12
ثَمُودَا
Huud
           
68
Layyinah Ihtimaliyyah
Bukan Mad Tobi’i
Waqof : pendek
Washol : pendek
13
ثَمُودَا
Al-Furqon
38
Layyinah Ihtimaliyyah
Bukan Mad Tobi’i
Waqof : pendek
Washol : pendek
14
ثَمُودَا
Al-‘Ankabut
38
Layyinah Ihtimaliyyah
Bukan Mad Tobi’i
Waqof : pendek
Washol : pendek
15
ثَمُودَا
An-Najm
51
Layyinah Ihtimaliyyah
Bukan Mad Tobi’i
Waqof : pendek
Washol : pendek
16
اهدنا
Berbagai surat, dsj

Layyinah Nafsulkalimah Takhollush
Mad Tobi’i Takhollush
Waqof : panjang
Washol : sesuai
17
مائة
 Al-Kahfi
25
Muhmalah tanbih
kulliyyah
Bukan Mad Tobi’i
Dibaca seperti tanpa alif
18
لشايء
Al-Kahfi
23
Muhmalah ma’dumiyyah
Bukan mad bila washol, waqof ; mad lin
Dibaca seperti tanpa alif
19
تَبُوءا
لَتَنوءا
Al-Maidah

Al-Qoshos
29

76
Muhmalah Tafshiliyyah
Thobi’i Tafshili
Waqof : panjang
Washol : pendek
20
وملائه
Al-A’rof
Yunus
Az-Zukhruf
103
75
46
Muhmalah Tanbihiyyah
Tafsiliyyah
Bukan mad
Dibaca seperti tanpa alif
21
لا تايئسوا
لا يايئس
أفلم يايئس
Yusuf
Yusuf

Ar-Ro’du
87
87

31
Muhmalah intidzoriyyah
Bukan mad
Dibaca seperti tanpa alif
22
ليربوا
Ar-Rum
39
Layyinah Idh’afiyyah Taqliliyyah
Bukan mad
Dibaca seperti tanpa alif
23
الصلوٰة
An-Nisa
103
Layyinah Idhmariyyah
Mad Tobi’i
Dibaca panjang
Catatan : dsj = dan sejenisnya, lebih dari satu kata, banyak terdapat dalam Al-Qur’an
D.    Analisa Lafadh
1.         Lafadh أنا    (saya), isim dhomir lil mutakallim wahdah.
Bentuk asal penulisan lafadh أناadalah أن tanpa tambahan huruf alif, namun cara penulisan tersebut akan tertukar (iltibas) dengan lafad أنَّ(sesungguhnya ; salah satu harf nawasikh sughro) , dan  lafad أنْ(agar, supaya ; salah satu ‘amil nawasib). Agar tidak terjadi kesalahan tentang أنَ yang artinya ‘saya’  dan أنّ yang artinya ‘sesungguhnya’  juga dengan أنْ yang artinya  ‘agar atau supaya’, maka أن yang berarti ‘saya’ ditambah alif fariqoh sebagai pembeda dari pada ketiga bentuk lafadh أن. Maka bentuk akhir daripada أنَyang mempunyai arti ‘saya’menjadi أنا.Keberadaan alif tersebut adalah ‘aridhi (terbarukan) bukan huruf asal kalimat (Nafsulkalimah). Hamzah huruf asal, nun huruf asal dan  alif huruf ‘aridhi. Bila penulisan lafad أنا  selain pada Al-Qur’an ditulis أنَ  , penulisan semacam ini tidak menyalahi aturan kaidah rasamlugowi, bahasa arab. Sedangkan penulisan lafad أنا(dengan tambahan alif) pada Al-Qur’an, merupakan kaidah rasam Usmani (Cara penulisan bentuk huruf pada lafadh ayat Al-Qur’an berdasarkan ketetapan Khalifah Sayyidina Utsman bin Affan ra).Untuk alasan tersebut, maka ulama qiroat bersepakat bahwa bila wakaf pada lafadhأنا maka dibaca panjang seukuran dua harokat, sedangkan bila diwashalkan tidak boleh dibaca panjang pada huruf nun. Walaupun waqof pada lafad  أنا yang tersebar dalam berbagai ayat, tidak termasuk baik (hasan).Wallohu a’lam.
2.       لكنّا هو الله ربّـيAl-Kahfi ayat 38
Satu-satunya lafad  لكِنّاdalam Al-Qur’an yang pada huruf nun tidak boleh dibaca panjang. Karena lafadلكِنّا  bukan gabungan dari dua kataلكِنْ(istidrok) dengan نَا(dhomir mutakallim ma’al qoir atau dhomir mutakallim muadzdzom nafsah), sebagaimana anggapan sebagian orang. Bila demikian, maka lanjutannya bukanربّي tetapiربّـنا. Asal kalimatلكِنّاtersebut adalahلكِنْ أنـَاkemudian harkat fathah pada hamzah dipindahkan (naqlul harokah) kepada huruf nun yang mati, selanjutnya hamzahnya dihilangkan untuk lebih meringankan bacaan (hadzf littakhfif) dan dua huruf nun yang berharkat sama disukunkan salah satunya kemudian diidgomkan (dimasukkan satu huruf kepada yang lainnya), maka menjadi لكنا:Tahapanperubahannya   ;  ( لــَـكِنْ أنـَا ـــــ لــَكِـنَـئـْـنـَا – لـَكِــنَـــنـَا -لــَكِـــنـْــنـَا – لــَكِـنـّــَا). Cara membaca لكِــنـّـا pada sa’at diwakafkan atau diwasholkan sama persis seperti pada lafadh أناkarena asal kata لكنا  adalahلكن أنا .Yang membedakan adalah nama alifnya, bila  pada lafadh انا disebutalif fariqoh (pembeda), sedangkan pada لكناdisebutalif sillah (penghubung). Ma’na firman Alloh swt.padasurat Al-Kahfi ayat 38 tersebut adalah ;ولكِن أنَا أقُول: هُو الله ربّي (Tetapi saya mengatakan dan meyakini, bahwa Alloh adalah Tuhanku) . Wallohu a’lam.

3.         الظُّـنـُوْنـَـا(sangkaan, prasangka),Al-Ahzab 10
Pada rasam lugowi cara penulisan lafadh الظنونا   ditulis tanpa tambahan alif (الظُّنونَ  )  , namun pada rasam Usmany ditambahkanalif takshis (tertentu, khusus), bukan sembarang alif tetapi penambahan alif tersebut mempunyai maksud tertentu.Lafadh الظنونا  bermakna bukan ‘prasangka’ lain tetapi “prasangka tertentu” atau “prasangka khusus”, yaitu keyakinan orang-orang mukmin (dulu : sahabat Rasululloh) untuk mendapatkan pertolongan dari Alloh swt. Cara membaca الظنوناbila waqof dibaca panjang pada nun, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca pendek seakan-akan tanpa ada alif muhmalah takshisiyyah tersebut.Wallohu a’lam.

4.       الرسولا,Al-Ahzab ayat ; 66
Sudah menjadi pengetahuan umum berdasarkan ilmu Nahwu, bahwa bila satu kalimat dimulai dengan الta’rif(Hamzah washol dan lam ma’rifat) maka tidak ada tambahan ‘alif munawwan’ di akhir kalimat tersebut.Maksudnya diantara keduanya tidak boleh bersamaan (berbarengan, bergabung) pada satu kalimat, hanya dapat dipilih salah satunya. Namun dalam kalimat الرسولا  pada surat Al-Ahzab ayat ; 66, keduanya berada bersamaan pada satu kalimat رسول. Tambahan alif ini sebenarnya bukan alif munawwan, tetapi alif takshishuntuk mengingatkan  pembaca bahwa yang dimaksud dengan ‘rasul’ (utusan khusus Alloh) itu adalah Nabi Muhammad saw., bukan rasul-rasul yang lain. وأطعنا الرسولا , artinya ; “… dan kita akan selalu menta’ati dan mengingat segala perintah Nabi Muhammad saw., bukan perintah dari nabi-nabi yang lainwalaupun tetap percaya atas kerasulan mereka”.Cara membaca الرسولاbila waqof dibaca panjang pada lam, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca pendek seakan-akan tidak ada alif muhmalahtakhshishiyyah.Wallohu a’lam.

5.         السَـبـِيْـلا  , Al-Ahzab ayat : 67
Alif pada kalimat  السبيلاini disebut alif muhmalah takhshishiyyah (khusus, tertentu). Arti dari ‘sabil’ adalah’ jalan’ (pada ayat lain memakai kata صِرَاط  ), tetapi yang dimaksud dengan ‘jalan’ ini adalah agama. Jadi السبيلا itu adalah agama tertentu, agama yang berdasarkan wahyu, bukan agama yang berdasarkan akal atau budaya, tetapi agama yang benar yaitu agama Islam. Sedangkan bila kata السبيل(tanpa tambahan huruf alif) dapat berarti agama dan dapat dimaknai agama secara umum, agama lain selain agama Islam. Pengertian semacam ini merupakan pemahaman yang salah dan  tidak sesuai dengan yang dimaksud dengan kandungan ayat.Cara membaca السبيلاbila waqof dibaca panjang pada lam, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca pendek seakan-akan tidak ada alif takshis tersebut.Wallohu a’lam.


6.         قـَوَارِيْـرَا
Alif pada kata قواريرا  sama persis dengan alif pada  السبيلا , yaitu disebut alif muhmalah takhshishiyyah (khusus, tertentu). Arti قوارير (tanpa tambahan alif)  adalahberbagai jenis dan berbagai macam kaca.Dengan tambahan alif pada قواريرا ,makayang dimaksud dengan kaca disini adalah ‘kaca khusus’, kaca tertentu bukan kaca dunia yang kita kenal dan kaca yang belum dikenal. Tetapi berbagai jenis dan beranekaragam kaca tertentu yang sangat indah dan sangat banyak terdapat di berbagai tempat di sorga. Kita sudah mengenal dan mengetahui tentang ‘kaca’, atau kita dapat membayangkan ‘kaca’ masa depan, tetapi semua gambaran tentang kaca yang ada dalam pikiran kita adalah semuanya ‘kaca’ dunia yang dibuat oleh manusia dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maksud dari قواريرا adalah berbagai jenis dan bermacam ragam kaca yang sangat indah di surga nanti, tetapi kita tidak pernah dan tidak akan pernah bahkan tidak mungkin dapat membayangkan kaca surga tersebut. Ungkapan bahasanya sama-sama قوارير (qowarir)artinya sama yaitu ‘kaca’, tetapi hakikatnya tidak sama, tidak dapat dipersamakan atau diperbandingkan antara kaca surga dengan kaca dunia, kaca surga jauh lebih indah dari kaca dunia yang paling indah sekalipun. Begitu juga dengan benda-benda surga yang lain, hakikatnya tidak sama dengan benda dunia yang kita kenal, persamaannya hanya pada penamaan benda tersebut. Namanya sama tetapi hakikatnya berbeda.Cara membaca قواريراpada ayat ke-15 dan ayat ke-16surat Al-Insan tersebut, bila waqof dibaca panjang pada hurufroatau sukun (mati) pada ro, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca pendek seakan-akan tanpa ada alif takshis tersebut.Wallohu a’lam.
                                      
7.         سَلاسِلا  , Al-Insan ayat ; 4
Lafadh سلاسلا merupakan bentuk jamak dari  سِلـْسِـلـَةyang artinya ‘rantai-rantai’. Bentuk jamak ini termasuk kelompok jamak taksir littaktsir wazan muntahal jumu’. Lafadhسلاسلا ini dikenal dengan nama isim goer munshorif  yang tidak pernah menerima tanwin. Alif pada lafadh سلاسلا disebut alif layyinah ithlaqiyyah atau alif layyinah isyba’iyyah atau alif  muhmalah tidzkariyyah . Dengan tambahan alif pada lafadhسلاسلا mengandung makna untuk mengingatkan kita bahwa bukan sembarang rantai tetapi ‘rantai neraka’ yang tidak diketahui bagaimana bentuk, rupa, warna, panjang, berat dan suhu serta bahan asalnya. Apakah rantai-ratai tersebut digunakan sebagai cambuk, penggantung,penjerat, pengikat tangan, kaki, leher atau badan.Wallohu’alam.Itulah rantai yang absolut, rantai muthlaq.Yang jelas rantai tersebut berbagai macam ragamnya, banyak sekali tak terhitung banyaknya, lebih banyak dari penghuni neraka.Rantai-rantai tersebut telah ada dan telah tersedia sebagai alat perlengkapan penyiksaan bagi ahli neraka, terutama diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan pengikut-pengikutnya.Na’udzubillah. Cara membaca سلاسلا, bila waqof dibaca mati pada huruf lamatau panjang pada ro seukuran 2 harokah, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca pendek seakan-akan tidak ada alif ithlaq atau alif isyba’ tersebut.Wallohu a’lam.

8.         لـنَـسْـفَعـًا
Alif pada lafadh لنسفعا  adalah alif pengganti dari nun taukid khofifah(bacaan nun mati ringan tanpa syaddah dan berfungsi sebagai penguat), cara penulisan asalnya  لنسفعنْ. Keberadaan alif ibdal (pengganti) tersebut adalah bila diwaqofkan, sedangkan bila dibaca washal maka tetap kembali kepada asalnya yaitu dengan nuntaukid khofifah. Namun dalam penulisannya diganti dengan alif yang bertanwin (fathatain) sebagai pengganti dari nun mati, karena cara membaca nun mati(  لنسفعنْ) sama dengan tanwin لنسفعًا ) (akan berbunyi sama, tidak berbeda sedikitpun.Sebab tanwin itu adalah nun tambahan yang mati pada bacaan dan tidak tertulis pada tulisan maupun waqof.Keberadaan alif tersebut sama dengan fungsi dari nun taukid yaitu sebagai penguat, yang bermakna “… benar-benar kami akan menarik(melemparkan) dengan paksa … “.  Cara membaca لنسفعا, bila waqof dibaca panjang pada huruf nun, sedangkan bila diwashalkan harus dibaca iqlab (karena setelahnya terdapat huruf ba),seakan-akan alif tersebut adalah nun mati.Wallohu a’lam.

9.         إذا, Al-Isro ; 76
Alif pada إذا adalah alif layyinah ibdaliyyah munawwan (lentur sebagai pengganti tanwin, fathatain). Cara membacanya, bila diwaqofkan  seperti mad iwadh lainnya. Karena lafadh إذا asalnya ditulis dengan nun mati ;إذن. Lafadh إذا  dengan tanwin berbeda dengan  إذن tanpa tanwin.   Arti إذاdengan tanwin adalah‘pada sa’at kejadian itu’ atau ‘bila pada sa’at itu terjadi’, sedangkan artiإذاtanpa tanwinadalah ‘apabila’. Begitu juga dalam madnya,إذاmerupakan mad iwadh sedangkanإذا   adalah mad tobi’i ashli. Ukuran panjang mad iwadh antara dua harokat sampai dengan empat harokah, sedangkan mad tobi’i tidak boleh lebih panjang dari dua harokat.Wallohu a’lam.

10.     حكيما
Kata حكيما ini hanya sebagai salah satu contoh alif yang banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Alif ini dinamakan alif layyinah ibdal min nunin sakinah (pengganti dari nun mati), walaupun ditulis dengan alif tetapi bila dibaca akan berbunyi nun mati (حكيمن)Keberadaan nun mati ini digantikan dengan alif karena wakaf, bila diwasalkan kembali lagi kepada nun sakinah yang diberi harokat kasroh ‘aridhoh(dilambangkan dengan nun kecil berkasroh) bila setelahnya berhadapan dengan huruf mati agar tidak terjadi iltiqoussakinan (pertemuan antara dua huruf mati). Bila wakaf diakhiri dengan nun mati yang sebelumnya huruf hidup maka akan terjadi bunyi yang kasar, untuk melenturkan bacaan maka nun mati diganti dengan alif.Wallohu a’lam.

11.     إهبطوا
Alif sejenis ini banyak tersebar dalam Al-Qur’an, terutama pada fi’il jamak tazkir.Penambahan alif setelah wau jamak ini sebagai pembanding dengan isim jamak tadzkir.Karena pada setiap isim jama’mudzakkar salim setelah wau terdapat tambahan nun, agar terjadi keseimbangan (muqobalah) antara isim dan fi’il, maka pada fiil jamak ditambah wau dan alif sebagai penyeimbang diantara keduanya.Alif tersebut dinamakan alif layyinah muqobalah.Alif tersebut tidak dipanjangkan, kalaupun dibaca panjang karena keberadaan wau yang mati.Wallohu a’lam.

12.     ثمودا
Empat kata ثمودا yang beralif pada empat surat (Huud : 68, Al-Furqon : 38, Al-Ankabut ; 38, An-Najm ; 51). Huruf alif inibernama alif layyinah ihtimaliyyah karena alasan bacaan menurut qiroat lain selain Imam Hafash. Pada qiroat lain kata ثموداdiberi tanwin (fathatain)karena termasuk isim munshorif yang boleh menerima tanwin. Sedangkan Imam Hafash kataثموداtermasuk isim goer munshorif ‘alami maal ‘ajam (nama asing) yang tidak boleh menerima tanwin. Keberadaan alif ini untuk saling menghormati sesama imam qiroat, maka pada rosam Usmani riwayat Imam Hafash pada 4 kata ثمودا diberi tambahan alif.Seakan-akan Imam Hafash memberitahukan kepada kita bahwa pada qiroat lain lafadh ثمودا diberi tanwin. Cara membacanya ; diwaqofkan atau diwashalkan dibaca pendek pada dal, seakan-akan alif tersebut tidak ada. Wallohu a’lam.

13.     إهدنا
Alif sejenis ini banyak terdapat dalam Al-Qur’an, disebut alif mad nafsulkalimah Takhollushiyyah (huruf pokok kalimat dibaca secara langsung) karenaterjadi pertemuanantara dua huruf mati (iltiqoussakinain). Dibaca secara  langsung bila diwasholkan tanpa memanjangkan huruf sebelumnya, namun bila diwaqofkan tentu harus dibaca panjang seukuran dua harokah.Wallohu a’lam.

14.     أاعجمي (Fussilat ; 44) , أالان  (Yunus ; 51 dan 91)
Terdapat dua buah huruf hamzah, yang pertama hamzah istifham, dan yang kedua hamzah nafsul kalimah (ashli, pokok kalimat, bagian dari kalimat).Selanjutnyahamzah yang kedua diganti dengan alif ibdal littas-hil(diganti untuk memudahkan bacaan), bunyi hamzah yang kedua berbunyi antara alif dan hamzah, dipanjangkan membaca pada hamzah yang pertama.Tidak ada makna khusus, kecuali pertanyaan dengan menggunakan adat istifham, yaitu hamzah.Walloho a’lam.

15.     مائة, Al-Kahfi ayat 25
Lafadh مِائة(seratus) ditulis dengan tambahan alif, padahal lafadh yang sewazan dengan مِائة  seperti فِـئة (kelompok, golongan) tidak ditambah dengan alif. Alif pada مائةdisebut dengan alif muhmalah kulliyah littanbih. Tidak boleh dibaca مِيَة (miyah ; dengan huruf ya tanpa tambahan alif pada mim), walaupun dalam bahasa arab ‘amiyah (pasaran) terbiasa digunakan dan berlaku secara umum di masyarakat.Maksud penambahan alif tersebut untuk mengingatkan bahwa bilangan seratus itu sempurna, pas, tidak kurang atau lebih sedikutpun, bukan kurang lebih, bukan perkiraan, tetapi keyakinan yang tepat.Bukan “… kira-kira seratus…”,  tetapi “…. seratus pas…”.Alif tersebut dibaca pendek pada mim,seperti tidak ada alif.Alif yang ada pada tulisan tetapi tidak ada pada bacaannya.Wallohu a’lam.

16.     لشايء  (Al-Kahfi ; 23)
Satu-satunya kalimat شايء yang ditulis dengan tambahan alif antara ش  danي , yaitu pada surat Al-Kahfi ayat 23. Kata شيء berarti sesuatu, apapun sesuatu itu, benda nyata atau benda yang tidak nyata, keadaan, kejadian yang telah, sedang atau akan terjadi. Atau ‘sesuatu’ itu adalah ma siwalloh, apapun selain Alloh.‘Sesuatu’ dalam bahasa Arab ditulis شيئ  (tanpa tambahan alif), tentu kita akan beranya-tanya mengapa dalam Surat Al-Kahfi ayat 23 kataشيئditambahan alif.  Inilah salah satu alif aneh sekaligus unik dan sulit.Alif ini dinamakan alif muhmalah ma’dumiyyah (tidak ada, tidak nyata, hanya dalam angan-angan). ‘Sesuatu’ yang dimaksud dalam al-Kahfi ayat 23 itu adalah sesuatu yang belum terjadi,  yang belum ada bahkan tidak ada dalam kenyataan. Contoh sederhana, kita telah mengetahui bentuk dan rasa ‘pisang ambon’. Pisang ambon tersebut merupakan sesuatu yang nyata, bahasa arabnya شيء(tanpa alif). Sedangkan bila kita membayangkan dalam pikiran tentang pisang ambon yang persis sama atau tidak sama dengan kenyataan, maka pisang ambon itu tidak nyata atau ‘sesuatu yang tidak ada’. Sesuatu yang tidak ada dalam bahasa Al-Qur’an disebut شايء ditulis dengan tambahan alif. Cara membaca شايءsama dengan شيء (tanpa alif), seakan-akan alif itu diabaikan. Wallohu a’lam.

17.     تبوءا، لتنوءا
Alif pada lafadh لتنوءا ini disebut alif muhmalah tafsiliyyah, dengan maksud untuk menjelaskan dan memperinci dosa, yaitu dosaku dan dosamu. Arti dariلتنوءا ;“…kembali dengan dosaku dan dosamu..”. Begitu juga alif pada تبوءاyaitu untuk menjelaskan dan memperinci tentang harta Qorun (kerabat Nabi Musa, Qorun terkenal akan kekayaannya dan kekikirannya, padahal asalnya sangat fakir) yang sangat banyak.Yang apabila dipikul akan terasa berat, bukan saja oleh orang biasa tetapi juga akan terasa sangat berat oleh orang kuat. Arti dari ;“…sungguh sangat berat dipikul oleh sembarang orang maupun yang kuat…”. Alif pada kedua lafadh tersebut dibaca pendek pada hamzah, seaan-akan tidak ada lif, tetapi alif tersebut harus tetap ada pada tulisannya (rasamnya).Wallohu a’lam.
18.     وملائه
Dibaca pendek, seakan-akan tidak ada alif. Alif tambahan tesebut disebut Alif muhmalah tanbihiyyah tafsiliyyah, tambahan alif diantara lam dan hamzah adalah untuk mengingatkan kepada kita bahwa Nabi Musa berda’wah kepada Fir'aun Menephthah (1232-1224 S.M.) anak dari Fir’aun Ramses (Fir’aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala) beserta pengikut dan pemukanya dari berbagai golongan ; golongan rakyat jelata, golongan pemuka pemerintahan, golongan orang-orang kaya, golongan ilmuwan, golongan budayawan, ahli sihir dan lain-lain. Bila pada ملائه tidak ada tambahan alif, maka dapat dipahami “hanya pemuka-pemuka tertentu saja”.Jelas ini salah, yang benar “pemuka-pemuka dari berbagai golongan pengikut Fir’aun”.

19.  لا تايئسوا(Yusuf : 87) , لا يايئس (Yusuf ; 87), أفلم يايئس (Ar-Ra’du ;31)
Tiga kata yang berasal dari kata dasar yang sama yaitu kataيئس  , terdapat tambahan alif. Bila tanpa tambahan alif berma’na “tidak boleh berputus asa”, tidak akan ada solusi atau saran lanjutannya, sedangkan dengan tambahan alif ini bermakna ; Alloh swt memberikan perintah dari keputusasaan tersebut agar bersabar, mengharapkan ridho Alloh, berprilaku penuh asa (sambung asa), selalu optimis, menyongsong hari esok yang lebih baik, tidak terlena dengan masa lalu yang kelam. Alif tersebut disebut alif muhmalah intidhoriyyah, maksudnya agar menunggu hikmah dibalik kegagalan tersebut, tidak boleh berputus asa tetapi menunggu ridho dan rahmat Alloh yang akan diberikan sebagai imbalan dari kesabaran dalam menghadapi musibah, bencana atau kegaalan lain. Ketiga lafadh tersebut dibaca seakan-akan tanpa alif.Wallohu’alam.
20.               ليربوا  , Ar-rum ; 39
Robaa –Yarbuu – Riban (Riba, pertambahan yang tidak diridhoi). Adalah fi’il mudhori dengan tambahan amil yaitu lam kae, huruf wau dinasabkan dengan fathah, ليربو, tanpa alif.Hal semacam ini sudah benar menurut Ilmu Nahwu, tetapi lafadh ini Al-Qur’an sebagai Kalamulloh yang penuh mu’jizat. Bila tanpa alif akan bermakna pertambahan yang tidak banyak, tetapi dengan memakai alif id’aaf iniakan berharap pertambahan yang banyak dan berlipat ganda serta beranak pinak(riba- musiah). Alif ini disebut alif layyinah id’aaftaqliliyyah bermakna bahwaAllah tidak akan meridhoi praktek riba walaupun sedikit. Alif ini tidak dibaca panjang pada wawu, diabaikan seperti tidak ada.Walluhu a’lam.

E.     Kesimpulan
Walaupun huruf alif termasuk huruf mad, tetapi tidak selamanya disebut huruf mad dan harus selalu dibaca panjang. Bahkan tidak boleh dibaca panjang, tetapi harus dibaca pendek. Diantara sekian banyak alif yang tidak boleh dibaca panjang bila diwasholkan yaitu lafadh lafadh yang terdapat alif setelah wawu jama’, alif munawwan (huruf yang bertanwin fathatain,  ــَـ ), seluruh lafadh ana, lakinna (Al-Kahfi : 38 ), ar-rosula, as-sabila, salasila, qowariro, lanasfa’a, tsamuda, miah, lisyai-in, tabu-a, litanu-a.
Nama-nama alif tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, disesuikan dengan makna yang terkandung dalam lafadh tersebut.Alif merupakan satu-satunya huruf yang unik, sulit dan penuh rahasia. Walaupun dalam bacaan tidak berbunyi tetapi keberadaan alif tetap harus ada dan untuk selamanya dipertahankan, paling tidak dalam hati pembaca.. Tentu banyak hikmah yang terkandung pada satu huruf alif, yang tidak mungkin diketahui seluruh hikmah yang terkandung dalam kerahasiaan alif.
Masih banyak huruf alif yang belum terlacak dan belum diketemukan, terutama tentang penamaan khusus dari alif madiyah tersebut.Untuk sementara kelompok alif-alif selain yang telah dijelaskan tersebut di atas dikelompokkan ke dalam huruf zaidah (tambahan).Menurut  Syekh Muhamad Ahmad Ma’bad bahwa huruf alif dalam Al-Qur’an sebanyak 48.800 (empat puluh delapan ribu delapan ratus) huruf, tidak boleh kurang atau lebih. Sedangkan huruf hamzah sebanyak 28.718 (dua puluh delapan ribu tujuh ratus delapan belas) huruf, tidak boleh tertukar antara huruf alif dengan huruf hamzah. Satu huruf atau satu titik  pada huruf dalam Al-Qur’an  merupakan i’jazulqur’an (Kemu’jizatan Al-Qur’an). Subhanalloh.
Cara penulisan lafadh beralif berpedoman pada rasam usmani, sedangkan cara membacanya berpedoman pada qiro’at Imam ‘Asim dengan riwayat Imam Hafash beserta toriqot Imam Syatibi.
F.     Penutup

Maha Benar Alloh atas segala firman-Nya, sungguh luar biasa firman Alloh, sungguh indah huruf-huruf dalam Al-Qur’an, sungguh luas ma’na ayat Al-Qur’an. Penulisan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan ketentuan rasam Usmani, sedangkan cara membacanya berdasarkan ketentuan ulama qiro’at yang diantaranya adalah qiroat Imam ‘Ashim riwayat Imam Hafashthoriqot Imam Syatibi.Namun sungguh disayangkan cara penulisan ayat Al-Quran yang beredar di Indonesia ini, terutama pada penulisan sebagaian huruf alif tidak sesuai dengan kaidah rasam Usmani. Tidak selayakya terdapat Mushaf Al-Qur’an versi Madinah (Saudi Arabia), versi Indonesia, versi Iran atau versi-versi lain yang satu sama lain berbeda cara penulisannya. Padahal seluruh Mushaf sama-sama berdasarkan satu rasam dan satu qiroat, yaitu rasam Usmani dan qiroat ‘Ashim riwayat Hafash thoriqot Syatibi.

Bila carapenulisannya berbeda, dihawatirkan akan terjadiperbedaan dalampenterjemahan serta pemahaman kandungan ayat yang terkandung di dalamnya.Setidaknya akan terjadi pemahaman yang jauh dari sempurna. Tidaklah cukup memahami Al-Qur’an hanya mengandalkan terjemah saja, atau tafsir saja, tetapi harus ditambah dengan pengetahuan tetang ahruful ma’ani (huruf-huruf yang mengandung ma’na dan huruf-huruf yang tidak mempunyai ma’na tetapi mempunyai tujuan terentu).Semoga Alloh mengampuni kita semua, atas segala kesalahan dalam penulisan dan dalam membaca Kalam-Nya.

Sungguh sangat beruntung orang-orang yang terbiasa menulis dan membaca Al-Qur’an secara benar dan baik dengan memelihara setiap huruf sesuai dengan sifat dan makhorijul hurufnya, maka Alloh akan memberikan pahala yang berlipat ganda untuk setiap huruf yang dibaca. Dalam hal ini Rasululloh saw. bersabda ;
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللهِ فَاقْبَلُوا مِنْ مَأْدُبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ ، إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ ، وَالنُّورُ الْمُبِينُ ، وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ ، وَنَجَاةٌ لِمَنْ تَبِعَهُ ، لاَ يَزِيغُ فَيُسْتَعْتَبَ ، وَلاَ يَعْوَجُّ فَيُقَوَّمُ ، وَلاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَلاَ يَخْلَقُ مِنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ ، اُتْلُوهُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْجُرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ كُلَّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَا إِنِّي لاَ أَقُولُ الم حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفٌ وَلاَمٌ وَمِيْمٌ )رواه الحاكم)
            Artinya :
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka hendaklah kamu mencicipi hidangan-Nya sebanyak yang kamu mampu. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah tali Allah, cahaya yang terang benderang, obat yang sangat bermanfaat, pelindung bagi orang yang memegang teguh pada Al-Qur’an, keselamatan bagi orang yang mengikuti-Nya, maka ia(pembaca) tidak akan menyimpang dari kebenaran walaupun ia(pembaca) dihina oleh orang yang menyeleweng, ia(pembaca) tidak akan meyeleweng tetapi ia(pembaca) akan memperbaiki kesalahan orang lain. Al-Qur’an tidak akan berkurang keagungannya, tidak akan usang keagungannya walaupun dibaca berulang kali. Maka bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya Allah akan memberikan pahala kepadamu atas apa yang dibaca, untuk setiap huruf dengan sepuluh kebaikan. Sungguh aku tidak mengakatakan bahwa Alif  Lam Mim itu satu kata, tetapi Alif satu kata (terdiri dari 3 huruf), Lam satu kata (terdiri dari 3 huruf) dan Mim satu kata (terdiri dari 3 huruf)”.( HR. Imam Hakim).
Untuk tujuan itulah tulisan sederhana ini disajikan bagi para pencinta Al-Qur’an, mudah-mudah bermanfa’at bagi segenap kaum muslimin dan muslimat, terutama dalam cara membaca dan menulis  ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai Kalam Ilahi dengan benar dan penterjemahan serta pemahaman yang tepat.Insya Alloh, bila hal tersebut dilakukan makaakan menghasilkan amal yang baik dengan penuh keikhlasan.Amin.
اللّهمّ علمنا هذا الكتاب العظيم، لنتخلق بأخلاقه، واجعله لنا إماماً ونوراً وهدى ورحمة يا رب العالمين.اللّهمّ أعنّا على حفظ ألفاظه ومعانيه يا رب العالمين. والحمد لله رب العالمين
Cianjur, 29 April 2013


Daftar Pustaka

a.       Al-Qur’an Al-Karim (Al-Qur’anul Karim), PT Karya Toha Putra, Semarang, 2001.
b.      Ma’alimut Tanzil (Tafsir Al-Bagowi), Abu Muhammad Al- Husain bin Mas’ud bin Muhammad bin Farro Al-Bagowi, Dar Thoibah, Cairo, 1997.
c.       At-Tamhkid fi ‘ilmi at-Tajwid (At-Tamhkid fi ‘ilmit Tajwid), Syamsuddin ibn Jazari, Damascus, 1999.
d.      Al-Basith fi ‘ilmi At-Tajwid (Al-Basith fi ilmit Tajwid), As-Syaikh Badar Hanafi Mahmud.
e.      Goyah Al-Murid fi ‘ilmi At-Tajwid (Gooyatul murid fi ilmit Tajwid), ‘Athiyyah Qobil Nashr, Mauqi’ Subkah, Muscat, Oman, 1990.
f.        An-Nahwu Al-Waafi (Nahwulwafi), Abbas Hasan, Darul Ma’arif, Cairo, 1982.
g.       Al-Miftah Fii Ash-Shorfi, Abu bakar Abdul Qohir ibn Abdur Rohman ibn Muhammad Al-Farisy, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, 1987.
h.      Al-Jana Ad-Dani Fii Huruufi Al-Ma’any, Ibn Ummi Qosim Al-Murodi Al-Mishry, Darul Fikri Al-‘Arobi, Kairo, 2008.
i.         Al-Anwar Al-Bahiyyah Fi hall Al-Jazariyyah, Al-‘Allamah As-Syaikh Abdul Basith Hamid Muhammad Al-Hasyimi, ---, ---.
j.        Al-Maqsod li Takhlisi Ma fi Al-Mursyid fi Al-Waqfiwa Al-Ibtida, Syekh Abu Yahya Zakariya Al-Anshory, ---, ---.
k.       Ahkam At-Tajwid, ---, ---, ---, ---.
l.         Ibroz Al-Ma’ani min Hirz Al-Amani (Syarah Syatibiyyah), Abdurrahman bin Ismail bin Ibrahim, Syubaikah Muscat, Oman, ---.
m.    Al-Hujjah fi Al-Qiroat As-Sab’i, Imam Al-Husein bin Ahmad bin Kholuweh, Daaru Asy-Syuruq, Beirut, 1401 H.
n.      Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Quran, Abi Ja’far Muhammad bin Jureir At-Thobari, Daaru Hijrin, Cairo, ---.
o.      ‘Inwan Ad-Dalil min Marsumi Khott At-Tanzil, Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Utsman Al-Azadi Al-Marrakeshi, Marrakeshi , Morocco (Magribi), ---..
p.      Al-Mustadrok ‘Ala Ashohihain, Al-Hakim An Naisaburi, Daarulkutub Al ‘Alamiyyah, Beirut, Libanon, 1427 H.
q.   Al-Burhan, Abdul Qodir Leong, Egypt Printing Servis, Brunei Darussalam, 2006.

1 komentar:

  1. Mohon izin mengambil ilmu untuk dicatat ya Ustadz. MashaAllah saya Baru baca paragraf awal seketika takjub betapa luas definisi Alif, padahal tadinya hanya ingin tahu macam mana bentuk Alif Maddiyah dan Hanjariyyah, saya awam betul soalan ini, tapi kerap dengar Para mualim dan tolibah bicara Alif Maddiyah Alif Hanjariyah, nak bertanya segan sebab boleh dengar di halaqoh Zoom saja. Semoga Allah SubhanAllahu wata'ala memudahkan saya belajar dan memahami laiknya pemahaman Para nabiyullah dan semoga ilmu yang Ustadz share ini menjadi lading pahala jariyah. Aamiin Allohumma Aamiin 🤲 Aamiin Yaa Muujibassailliin 🤲

    BalasHapus